13 Juli 2012

Lebih dari Sekedar 120

Tentang benda-benda yang engkau punya dan engkau banggakan
Tentang gaya hidup yang kau kenakan dan bahkan kini kau tuhankan
Tentang kekinian yang selalu saja engkau bicarakan
Tentang status dan posisi tawarmu di penglihatan orang-orang

Jangan harap itu bisa mengesankanku dan menjatuhkanku
Atas nama dunia yang engkau pikir, telah dan selamanya akan kau genggam
Tentang nama besar yang kau sandang dan engkau busungkan
Tentang seberapa pintar dan cemerlangmu di penglihatan orang-orang
Tentang satu dua tiga peperangan yang pernah kau menangkan
Kalimat menjatuhkan yang jadi sering engkau ucapkan, kau hujamkan

Jangan harap itu bisa mempercepatmu dan mengejarku
Atas nama dunia yang engkau pikir telah kau punya
Atas nama segalanya yang engkau kira, telah dan selamanya akan kau genggam

120 sekian, dan masih kan menambah
kecepatan, kecepatan
dan tak akan bisa kau kejar


FSTVLST (JENNY) - 120

Sajak-sajak tak baraturan yang ditulis Farid Stevy dalam kitab hitamnya terlalu tepat ditujukan pada minoritas sepertiku. Para terabaikan mungkin, ya para terabaikan. Tentang betapa bangganya anak muda jaman sekarang jika sudah mampu memenuhi hasrat nafsunya, tentang meningkatnya posisi tawar mereka dihadapan manusia-manusia bodoh lainnya. Bukankah mata manusia sangat berbeda dengan mata Tuhan? Sekali-pun aku tak pernah terpengaruh orang-orang seperti itu. Karena aku melaju lebih dari sekedar 120! Dan mereka tak akan mampu mengejarku dengan segala yang mereka rasa mereka punya, tak akan mampu.

11 Juli 2012

Rumit dan Sederhana adalah Estetika Kehidupan (2)

"Hidup sederhana adalah sebuah prinsip yang logis dan religius"

Sederhana. Sebuah kata yang nyatanya mudah diucapkan dan memang mudah dipahami. Sederhana itu tidak mbulet, tidak bertele-tele, tidak banyak muatan dan tidak banyak pilihan. Ya, memang seperti itulah sederhana. Sebuah estetika kehidupan yang nyata. Sebuah gaya hidup yang entah sudah berapa lama digunakan oleh segelintir orang di dunia ini.

Sederhana, pola pikir yang terlalu sering saya gunakan sampai detik ini. Antara ya dan tidak. Hanya dua pilihan itu, pro atau kontra terhadap suatu permasalahan hidup. Dan memang saya suka ini semua. Sebuah tantangan tersendiri untuk terus konsisten di jalur ini.

Mungkin terlalu dini bagi saya untuk menentukan sikap. Nyatanya, sudah lama juga saya bisa seperti ini. Sederhana itu prinsip! Dan sepertinya sangat sulit dilakukan pemuda era sekarang. Yang lebih bangga 'pamer'. Terlalu banyak kepentingan nafsu dan segala pemenuhannya.

Bagaimana mungkin seseorang lebih memilih membelanjakan uangnya yang berlebih untuk memenuhi segala kebutuhan fashion, gaya hidup, pencitraan dan entah apa itu? Ah, mungkin mereka belum pernah merasakan hidup terlunta-lunta di jalanan dan menghadapi siksaan dunia. Bukankah tuhanmu memerintahkan untuk berbagi? Sederhanakan pilihanmu! Ikuti Tuhan atau Nafsu? Ya atau tidak!

Orang yang paling berpengaruh di dunia versi M. Heart, Nabi Muhammad SAW juga mengajarkan kesederhanaan hidup. Semacam memilih akhirat atau dunia. Lihat saja berapa pakaian yang beliau miliki? Bahkan ketika masih basah karena baru dicuci-pun dipakai. Bukan terpaksa! Tapi beliau sadar jika banyak rakyatnya yang lebih membutuhkan. Begitu pula dengan 4 imam setelah beliau wafat. Betapa hebatnya mereka, sukses menerapkan prinsip hidup sederhana.

Sederhanakan pola pikirmu, sederhanakan hidupmu! Agar kelak jika jadi pemimpin, hanya punya 2 pilihan. "Jalan tuhan atau jalan setan?".


10 Juli 2012

Rumit dan Sederhana adalah Estetika Kehidupan (1)

"Hidup memang terlalu rumit bagi mereka yang merumitkannya. Pun sederhana bagi mereka yang memandangnya demikian"

Rumit dan sederhana, sebuah estetika kehidupan nyata yang entah secara langsung maupun tidak langsung pasti melanda kita. Merumitkan hidup, menyederhanakannya, merumitkannya lagi, dan menyederhanakannya lagi. Begitulah seterusnya. Tergantung masing-masing pelaku kehidupan ini.

Seseorang akan merasakan betapa rumitnya hidup jika terlalu banyak pegangan, terlalu banyak tujuan, dan terlalu banyak kepentingan pastinya. Disambung dengan kadar 'lupa' yang berlebihan kepada Maha Kuasa. Belum lagi, keadaan yang memaksa untuk merumitkan hidup. Lingkungan, dan orang-orang disekitar. Terlalu banyak kerumitan jika kita memang terlalu 'rapuh' dan 'ragu' jika hanya memandang ke satu arah saja.

Seperti beberapa waktu lalu, saat mereka yang terhormat dan berwenang disana hendak 'mengurus' RUU tentang pedesaan (Anggap saja seperti ini). Mereka malah dengan pedenya akan studi banding ke luar negeri untuk melancarkan RUU itu. Entahlah, mereka memang terlalu berbelit-belit. Merumitkan urusannya. Atau mungkin ada beberapa tujuan dan kepentingan? Entahlah, hanya mereka dan Tuhan yang tahu.

Mungkin karena mereka lahir di kota, besar di kota, terkenal di kota, hingga jadi wakil rakyat dari kota sehingga lupa, atau jangan-jangan tidak tahu jika Indonesia mempunyai banyak desa. Bukankah mendatangi mereka dan mengkonsultasikan kebutuhan-kebutuhan mereka, keluhan-keluhan mereka, dan segala tetek bengeknya lebih mudah dan efektif? Bedakan jika kita malah menengok desa di negara lain, belum lagi kultur yang berbeda, cara pandang yang berbeda, dan gaya hidup yang berbeda akan menjadi pembeda dan akhirnya setelah mereka pergi dan pulang hanya berkata "Mungkin karena terlalu banyak perbedaan antara Indonesia dan bla bla bla sehingga banyak yang efektif di negara mereka tetapi tidak cocok untuk diterapkan di Indonesia".

Semoga saja kita bukanlah bagian dari orang-orang yang terlalu banyak kepentingan, terlalu banyak tujuan dan terlalu jauh dari Tuhan. Semoga kita juga tidak termasuk dalam daftar orang-orang yang terlalu sering merumitkan hidupnya.

09 Juli 2012

Kita dalam Bahaya!

"Muda itu (merasa) bebas, muda itu (pernah) murni, muda itu (sedang) bahaya"

Muda, hari ini saya masih merasa menjadi seorang pemuda jika dilihat dari berapa lama saya "dipublish" ke dunia ini. Sekitar 17 tahun lebih 4 bulan mungkin. Memulai masa kecil dengan 'sangat baik' membuat saya banyak mengerti hal-hal baik yang entah mengapa mulai sering saya tinggalkan. Mungkin karena terlalu bersemangat menjadi bagian dari muda-mudi negeri ini. Yang merasa bebas, merasa murni, dan tidak merasa dalam bahaya sama sekali. Mungkin saja.

***
Berada dalam garis perputaran hidup memang tidak mudah, terlalu banyak badai menghadang. Dan sayangnya, banyak yang tidak sadar sedang berada dalam keadaan yang samar-samar mulai menghanyutkan sedikit demi sedikit, bagian demi bagian dari kita.

Bebas, murni, dan berbahaya. Disanalah posisi kita. Merasa bebas menentukan apa saja, bebas melahap apa saja, dan bebas berkumpul dengan siapa saja. Memang seperti itulah, seakan lupa bahwa kita mempunyai hukum yang mengikat, adat yang mengakar, dan budaya yang sedikit demi sedikit mulai beralih.

Bebas, jika mempunyai pondasi yang kuat bukanlah sebuah masalah dan tidak akan menjadikan bebas itu sebagai bumerang bagi kita. Masalahnya, bebas-nya kita adalah bebas sejadi-jadinya. Bebas menentukan arah, bebas merancang tujuan, dan bebas mengkritik tuhan. Juga bebas melupakan pelajaran agama, Pkn, dan beberapa pelajaran hidup yang diberikan orang tua di masa bocah kita.

Murni, pikiran kita memang masih benar bersih sesaat sebelum 'setan' mengobok-oboknya. Lingkungan baru dan kawan baru. Jelas sangat mempengaruhi buah pikiran kita. Terbukanya dunia luar membuat kita merasa harus menjadi bagian dari mereka. Tidak salah. 100 persen tidak salah. Yang menjadi salah adalah tidak adanya inisiatif untuk membuat perubahan, melainkan hanya ikut-ikut saja. Parahnya lagi, jika tren yang kita ikuti bukanlah tren yang positif. Bahkan cenderung merusak remaja. Mungkin kebanyakan tren luar yang akhir-akhir ini benar deras menghujani remaja kita, hingga menenggelamkan budaya lokal. Ingat! kita pernah murni, sekarang tidak lagi!

Berbagai macam alur budaya yang masuk tidak membuat kita semakin selektif dalam memilih mana yang baik dan mana yang buruk. Padahal "Ambil yang baik dan tinggalkan yang buruk" adalah jawaban yang selalu kita pilih saat ada pertanyaan tentang sikapmu terhadap budaya luar yang masuk negeri ini saat mengerjakan soal ujian pelajaran kewarganegaraan di kelas 2 SD. Ingatkah? Atau benar-benar lupa? Ah, barangkali mencontek saat mengerjakannya? Atau tidak memperhatikan saat guru sedang menerangkan pelajaran?. Ah, entahlah. Gempuran budaya luar yang kebanyakan negatif semakin membuat kita lupa diri dan mengikutinya tanpa banyak pikir panjang. Kita tidak pernah curiga, karena memang kita tidak mau berfikir. Kita sedang berada dalam bahaya!

***
-Tuhan tidak akan menguji kita melebihi batas kemampuan kita. Tuhan maha Adil, Tuhan Maha Oke-

08 Juli 2012

#Bahagia

‪#Bahagia‬ , untuk menuju satu kata ini orang-orang mempunyai banyak cara. Ada yang sederhana, biasa saja, bahkan sampai yang rumit

Dan memang, kadar ‪#Bahagia‬ seseorang berbeda-beda. Mudah, sedang, susah. Entah kenapa, mungkin karena perbedaan syukur pada Kuasa.

Karena ‪#Bahagia‬ adalah perwujudan rasa syukur, meski jarang disadari. Karena ‪#Bahagia‬ adalah langkah awal pendakian bukit kehidupan.

Mungkin jalannya mulus, mungkin terjal. Tergantung posisi ‪#Bahagia‬ seseorang.

#Bahagia‬ itu syukur. Tidak peduli baik atau buruk. Tetaplah semuanya syukur. Mungkin hanya berbeda kepada siapa mereka bersyukur.

Entah mereka menengadah langit atau menghadap tanah. Mereka hanya bisa bersyukur karena bisa menikmati hidup yang sebentar ini. ‪#Bahagia‬

‪#Bahagia‬ karena dosa, ‪#Bahagia‬ karena doa ? Bukankah itu sangat sederhana?

Sesederhana mereka merasakan detak jantungnya. ‪#Bahagia‬

Selama mereka bersyukur, mereka akan merasa ‪#Bahagia‬ . Karena memang, ‪#Bahagia‬ itu dekat dan sederhana :)

Bersyukurlah, berbahagialah karena mereka (keluarga) masih ada dan tetap setia mendukung setiap pijak langkahmu.
Bersyukurlah, berbahagialah karena mereka masih segan mengingatkanmu untuk menjadi maksimal.
Bersyukurlah, berbahagialah karena jalanmu masih 'aman' dan 'tenang'.
Bersyukurlah dan berbahagialah, karena Langit menjagamu.
Bersyukurlah dan berbahagialah saat terang maupun gelap.
Bersyukurlah dan berbahagialah.
Bersyukurlah dan berbahagialah.
Bersyukurlah dan berbahagialah.

06 Juli 2012

Bahagia Malamku yang Kutunggu

Malamku kelam, bulanku hilang
Malamku sunyi, bisingku pergi
Malamku hampa, kekasihku tiada

Malamku sirna, kantukku menyapa
Malamku tiada, mimpiku telah tiba
Malamku hilang, aku sudah tak bernyawa

Malamku bahagiaku,
Aku bahagia menerawang langit mengintip bulan
Aku bahagia meraih suasana maya mendatangkan kebisingan
Aku bahagia merangkai kata menunggu kekasihku kembali

Malamku yang kutunggu,
Tak lelah aku menunggu kantuk menyerangku
Tak bosan aku menunggu mimpi-mimpi indah di lorong gelap itu
Entahlah, aku juga menunggu nyawaku terangkat dan terpasang lagi

27 Juni 2012

Dengan Hastag / #seimbang

Hubungan = komitmen = Komunikasi = Aksi reaksi. #seimbang

Jika salah satu rusak, maka yang lain akan rusak juga #seimbang

Bukan hanya hubungan pria wanita ataupun sebaliknya. Ini tentang semua hubungan yang dilakukan manusia. #seimbang

Dan ini memang terlalu rumit karena tujuan setiap manusia dalam berhubungan dengan yang lainnya #seimbang

#seimbang dalam artian kita bisa menjaga semua yang ada diatas tadi. Juga dalam hal mengatur dan menjaga ego.

Bayangkan saja jika saya sangat sering memberikan 'aksi' tetapi anda tidak ada 'reaksi' sama sekali #seimbang

Dan memang, masing-masing dari kitalah yang mengendalikan itu semua #seimbang

Mengertilah, karena setiap manusia butuh pengakuan. Mereka butuh penghargaan, karena memang ingin dihargai. #seimbang

Tanpa dihargai yang lain, manusia akan merasa rendah diantara yang lainnya. Begitupun dalam suatu hubungan. #seimbang

Mereka yang merasa rendah inilah yang terbuang dari hubungan, terabaikan begitu saja. #seimbang

Dan mereka yang merasa terabaikan ini kadang akan terus menerus bersabar dalam sebuah tekanan hebat dalam batinnya. #seimbang

Padahal kita semua tahu bahwa kesabaran manusia ada batas dan puncaknya #seimbang

Sudah menjadi hukum alam bahwa mereka yang terabaikan punya potensi besar untuk MENGEJUTKAN! #seimbang

Kejutan bagi para pengabainya, dengan memutuskan tali hubungan mereka mungkin, atau bahkan bisa lebih keras lagi #seimbang

Dan semoga kita bisa menyikapi makna #seimbang dalam memberi dan diberi, dalam mengasihi dan dikasihi, dalam menghargai dan dihargai.

Hingga akhirnya, jika semua berjalan secara #seimbang , resiko hadirnya masalah sangat kecil. Jika tidak, masalah terpendam dan terkejutkan.

Karena pada dasarnya kita hanyalah makhluk Tuhan yang Maha Bijaksana. Semoga tuhan berkenan men #seimbang kan "kita".